Berikut adalah media atau bahan untuk menanam hidroponik

1. Menggunakan media padat, misalnya : 
a) Media Tanah. 
Media tanah adalah media yang banyak digunakan dalam pertanian secara konvensional. Ternyata tanah memiliki banyak kelemahan. 
sumber foto : google

Kelemahannya ialah banyak mengandung bibit penyakit cendawan dan bakteri jahat, yang setelah beberapa bulan akan meledak penyakitnya. Juga banyak mengandung bibit gulma, yang sewaktu-waktu akan tumbuh. Kadang mengandung bibit hama, misalnya ulat tanah Agrotis, dan beberapa jenis nematoda antara lain Meloidogyne.

b) Media Pasir. 
Media pasir mempunyai sifat-sifat yaitu : berat, padat, kecil rongga udaranya, kompak padat menyulitkan pertumbuhan akar. Kita bisa mencampur dengan sekam bakar untuk mengurangi sifat-sifat tersebut.
sumber foto : google
c)  Media Kompos. 
Dari penjelasan para pakar hidroponik ternyata kompos hanya baik bagi tanaman yang ditumbuhkan secara vegetatif saja atau sayuran-sayuran daun seperti: bayam, caysim, kangkung, pakchoy, kailan, selada. 
sumber foto : google 
d) Media Cocopeat (bubuk sabut kelapa). 
Kandungan saponinnya tinggi, bisa mencapai lebih dari EC 3,0 mS/cm, sehingga pemberian pupuk akan menambah tingkat phyto-toksisitas pada media. Caranya, media harus dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir, hingga saat diukur dengan EC meter kadar saponin-nya 0,0 - 0,5 mS/cm, tergantung tanaman yang akan ditanam apakah tanamannya sukulen atau berkayu.


sumber foto : google
e). Arang sekam / sekam bakar. 
Arang sekam termasuk media steril dari hama, karena pembuatannya memakai proses pemanasan dengan suhu tinggi. Sekam padi sukar didapat diluar musim panen. Pembuatannya sangat mudah, bisa memakai alat-alat sederhana. Kekurangannya terkadang pada media sekam bakar dihuni oleh semut sebagai sarang.
sumber foto : google

2. Menggunakan media air.
a) NFT – Nutrient Film Technic – Hidroponik Talang Landai. 
NFT bisa dibuat sendiri dengan menggunakan talang hujan rumah tangga. Talang dengan kelandaian tangens 5 %, larutan nutrisi mengalir dengan ketebalan 3 – 4 mm, menjadikannya kaya oksigen-terlarut, karena riak yang bergulung-gulung berhubungan langsung dengan udara. Sistem NFT ini banyak digunakan.
sumber foto : google

b) DFT – Deep Flow Technic – Hidroponik Talang Datar. 
Kedalaman air dipertahankan pada kedalaman tidak lebih dari 8 cm, supaya beban tidak terlampau berat bagi talang. Air masuk pada ujung yang satu dan keluar melalui lubang pada ketinggian 8 cm pada ujung yang lain. Aerasi pada sistem ini kurang sempurna, sehingga sulit untuk mencapai produksi yang tinggi.
Antara styrofoam yang dipasang pada ketinggian 10 cm, dengan permukaan air pada ketinggian 8 cm, ada rongga udara setebal 2 cm, untuk aerasi.
 sumber foto : google

c). Floating Raft Technic – Hidroponik Rakit Apung. 
Kolam dengan kedalaman 40 cm, diisi larutan nutrisi setebal 30 cm, diapungi styrofoam tebal 3 cm, diberi berpuluh lubang tanam, ditanami anak semai sayuran daun, dengan akarnya menjuntai ke dalam larutan nutrisi. Dengan blower ditambahkan udara ke dalam tandon, untuk meningkatkan kadar oksigen-terlarut. Bisa dipasang pompa aquarium untuk mensirkulasi nutrisi, agar penyebaran nutrisi bisa merata. Pengelolaan instalasi sangat mudah. Tanaman umur 1 haris selah tanam sampai siap panen bisa dilakukan dalam satu kolam, dan memakai satu ukuran EC.
sumber foto : google

3. Menggunakan media air dan tanah/lumpur.
a) Hidroponik Pasang Surut – Ebb and Flood. 
Biasanya digunakan dalam produksi tanaman hias dalam pot. Pot diletakkan dalam bak dan kaki pot digenang oleh larutan nutrisi setinggi 4 – 8 cm, selama beberapa menit, kemudian larutan dialirkan keluar kembali secara gravitasi, dilakukan sekali dalam beberapa hari. Pot berisi media, biasanya tanah bercampur bahan organis. Tinggi larutan perendaman harus dibatasi, untuk mencegah media mengapung dan merubuhkan tanaman.
 sumber foto : google

b) Hidroponik perendaman. 
Sawah adalah suatu sistem hidroponik perendaman, dengan air mengalir lambat-lambat, didorong oleh debit air pada inlet sebesar 1 liter/hektar/detik, suatu jumlah yang besar. (Dikecualikan : Sawah tadah hujan, yang mendapat pasokan air dari hujan, dan air dipertahankan di lahan itu selama mungkin.)
sumber foto : google

4. Menggunakan udara sebagai media
Aeroponik . Anak semai yang ditancapkan ke dalam lubang tanam, yang dibuat pada sehelai styrofoam, akarnya bergelayutan bebas ke bawah. Diliput oleh kabut butiran halus larutan nutrisi, melalui sprinklers yang digerakkan oleh pompa tekanan tinggi, secara terus menerus tanpa henti, akar bermandikan butiran halus, yang kandungan oksigen-terlarutnya sangat tinggi, yang sangat menunjang proses respirasi. Larutan yang tidak mengenai akar dikumpulkan dan dialirkan kembali ke tandon/reservoir larutan nutrisi, untuk re-sirkulasi. Dihari depan sistem aeroponik akan banyak diterapkan unuk memproduksi bibit induk kentang, dan karenanya kita sudah harus mulai fokus pada teknik aeroponik. Percobaan yang berhasil baik telah pula dilakukan terhadap aeroponik produksi bunga potong Chrysanthemum/krisan dan Lily. Umur tanaman dapat direduksi dari 12 minggu menjadi 8 minggu. Jumlah kuntum bunga yang mekar serempak dapat ditingkatkan dari dua menjadi tiga kuntum. Kecerahan warna dan aroma dapat pula ditingkatkan sedikit.
sumber foto : google

sumber : facebook ir. yos sutiyoso

0 comments:

Post a Comment